Review Jujur Film Keluarga Cemara Yang.. Cukup Bagus
Dwi Septiani
January 05, 2019
0 Comments
Sudah beberapa review saya baca tentang film Keluarga Cemara, semuanya bilang bagus dan bikin nangis. Waw. Bagus dan bikin nangis itu genre film saya banget! hahahah. Jelas bertolak belakang dengan suami yang lebih suka film action. Maka Jum'at kemarin, setengah maksa, saya mengajak suami untuk nonton. "Nonton Aquaman aja deh." "Nggak! Pokoknya harus Keluarga Cemara." Okelah suami akhirnya bilang iya, karena doi juga sebenarnya suka dengan film yang berbau-bau keluarga.
Malam itu dengan ekspektasi tinggi, kami nonton di CGV Transmart Lampung yang jaraknya cukup dekat dari rumah. Pilih CGV karena selain dekat, disana juga gak ada tulisan "anak di atas 2 tahun harus bayar", jadilah kami beli 2 tiket aja. Masih banyak kursi kosong pun. Jadi Rania tetep bisa duduk di tengah. Dari awal, saya kurang dapet 'feel'nya karena si petugas bioskop lupa matiin lampu. Sampai film ada kali 10 menit berjalan, saya lihat petugasnya baru datang dan matiin lampu. Arggh. Agak kecewa, tapi yasudahlah.
Lanjut nonton film. Keluarga Cemara ini diangkat dari serial yang pernah tayang saat jaman saya kecil dulu. Anak 90-an pasti tau deh. jalan ceritanya secara garis besar tentu sama, keluarga kaya yang usaha Abah nya bangkrut dan harus mengubah kehidupan mereka 180 derajat dari sebelumnya. Film-film semacam ini hampir selalu relate dengan kehidupan saya yang juga dibesarkan dari keluarga sederhana. Walaupun saya memang belum pernah sampai diminta berjualan di sekolah. Waktu lihat scene Euis jualan opak di sekolah. Hati saya ngiluu. Kebayang pasti beraaatt ya :'(
Film Keluarga Cemara ini adalah potret keluarga milenial saat ini yang berusaha memperbaiki ekonomi dengan cara menjadi ..... nonton sendiri deh :D yang jelas karena pemerannya Ringgo dan Nirina Zubir, film ini beberapa kali membuat saya ngakak.
Saya suka setting rumahnya yang asri dan ada ayunan pohonnya. Lovable. Saya juga suka tokoh Ara yang auranya positif banget. Waktu baru pindah rumah dan anggota keluarga lain menghela napas melihat kondisi rumah, Ara justru memilih untuk bersenang-senang prosotan di rerumputan. Sungguh tipikal anak manis penyejuk hati Emak dan Abah.
Saya suka setting rumahnya yang asri dan ada ayunan pohonnya. Lovable. Saya juga suka tokoh Ara yang auranya positif banget. Waktu baru pindah rumah dan anggota keluarga lain menghela napas melihat kondisi rumah, Ara justru memilih untuk bersenang-senang prosotan di rerumputan. Sungguh tipikal anak manis penyejuk hati Emak dan Abah.
Beberapa kali saya dibuat terharu saat Ara bilang, "Ara mau 7 tahun aja. Gak mau jadi 13 tahun. Soalnya kalo jadi 13 tahun nanti Abah marah-marah kayak Abah marah sama Teh Euis. Ara gak suka Abah marah-marah." Hati orang tua mana yang gak 'nyes' gaes. Saya juga cukup terharu saat Ara bilang, "Ara suka tinggal disini, jadi sering ketemu Abah, Emak juga masak Opak tiap hari. Ara bisa sekamar sama Teteh." Bahagia banget kan kalo punya ayah yang punya banyak waktu bermain sama anak dan ibu yang masakannya enak-enak.
Pesan dari film ini adalah bagaimanapun keadaannya, yang paling penting kita melewatinya bersama dengan keluarga. Gak perlu ada kata penyesalan dan saling menyalahkan. Yang perlu dibangun adalah kebesaran hati yang mampu membuat keluarga jadi tempat paling nyaman untuk pulang.
Gak susah buat saya nangis dan tersentuh saat nonton film, ya karena dasarnya emang cengeng sih, haha. Salah satu reviewer film ini bilang, 'jangan lupa bawa tisu'. Saya udah bawa tisu segepok dong, takut beleleran air mata trus malu kan XD tapi enggak kepake sih karena film ini memang bukan tipikal film yang mengaduk perasaan banget banget atau bakal bikin nangis sampe mata bengkak. Bahkan dalam beberapa scene, bagi saya ada adegan yang too good to be true.
Saya sebenernya gak tega mau bilang kalau film ini sungguh kurang greget dan harusnya bisa dibuat lebih sentimentil lagi. Tapi serius, ini adalah film yang bagus untuk mengawali 2019. Tentang pesan yuk kembali ke keluarga. Because family is not an important thing. It's everything. Selamat menonton ya!
Saya sebenernya gak tega mau bilang kalau film ini sungguh kurang greget dan harusnya bisa dibuat lebih sentimentil lagi. Tapi serius, ini adalah film yang bagus untuk mengawali 2019. Tentang pesan yuk kembali ke keluarga. Because family is not an important thing. It's everything. Selamat menonton ya!
Note : Indonesia plis banyakin film keluarga yang berkualitas macam ini, saya dukung film baik.