Piknik Tipis dan Survey Sekolah untuk Rania
Dwi Septiani
August 27, 2018
4 Comments
[tjurhat alert]
Petualangan mencari pendidikan terbaik itu pun dimulai...
Apa
yang terlintas dalam benak kita saat anak pertama mulai
masuk usia sekolah? Senang karena akhirnya ada sedikit spare waktu untuk
me time? atau mellow karena merasa waktu cepet banget
berlalu dan belum melakukan banyak hal di usia yang
kemarin-kemarin? Buibu masuk #timsenang atau #timmellow? Kalo saya sih no wonder
ya, udah bisa ditebak, pasti masuk #timmellow wqwqwqwqwq. Orang tua
dengan karakter melankolis cem saya gini seringkali sekolah belom mulai
aja, dah banyak yang dipikir duluan XD
Lumayan lama saya menimbang bakal masukin Rania ke sekolah yang seperti apa.
Dengan pilihan yang ada di Bandar Lampung tentunya. Termasuk membahas
soal kemungkinan suami pindah ke daerah lain yang peluangnya sangat
besar dan bisa terjadi kapan saja. Kepindahan suami yang bisa jadi
bukan ke kota, tapi ke pabrik yang letaknya di dusun dan gak banyak
pilihan sekolahnya. Harus siap mental dari sekarang dan juga siap plan A plan B.
Memang
umur Rania berapa kok mamake mulai survey sekolah? Baru 3
tahun 4 bulan sih. Belum pengen saya sekolahin, tapi survey harus mulai
jalan dari sekarang, penasaran euyy XD
Jadi
sepagian sampai sesiangan kemarin, kami piknik tipis sembari
mengunjungi 2 calon kandidat kuat sekolah yang menurut banyak orang
"oke". Bukan oke menurut saya, karena liat tempatnya aja baru kemaren, xixixi. Secara keseluruhan tipikal TK nya sama. Saya pilih yang
mengajarkan basic agama. Karena sadar diri pengetahuan agama saya kurang
banget. Pengennya dengan menyekolahkan Rania, saya juga jadi ikut
belajar banyak hal gitu.. Dan menurut saya sia-sia aja sih kalo milih TK yang happy-happy thok. Sayang karena otak anak-anak mudah menyerap banyak hal dan fitrah keimanan mereka harus banget ada penyalurannya.
Dari
dua sekolah tadi, dua-duanya punya basic agama, tapi yang jadi fokus,
beda. Tercermin sekilas dari visi, misi dan beberapa kegiatan yang
ditulis dalam brosur mereka. Untuk harga, gak jauh beda. Sekolah qualified jaman sekarang memang mayan nguras
kantong ya makkssss XD
Percaya nggak sih, ngeliat brosur doang aja pikiran saya udah kemana-mana banget loh. Sungguh melankolis paripurna, wqwq. Dan karena belum puas, jadi dalam beberapa hari ke depan saya akan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
Percaya nggak sih, ngeliat brosur doang aja pikiran saya udah kemana-mana banget loh. Sungguh melankolis paripurna, wqwq. Dan karena belum puas, jadi dalam beberapa hari ke depan saya akan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
~ Melihat langsung saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di sekolah.
Cara
gurunya mengajar, satu guru menangani berapa murid, gimana cara mereka
menghadapi permintaan anak-anak yang kadang absurd, menanggapi
'pekerjaan' anak, menumbuhkan semangat belajar dan cara mereka
mengenalkan anak pada Allah, mencintai sekaligus 'takut' Allah. Banyak
bermainnya atau duduk rapi jali di kelas. Jadi rencananya saya bakal
kepo pas jam pelajaran berlangsung, xixixi. Semoga kelihatan ya.
~ Mempertimbangkan mau lebih fokus kemana. Apa yang kira-kira masih bisa dan kurang bisa saya back up di rumah
Cek kurikulumnya, harus ada nilai tambah pendidikan yang lebih dari yang biasa Rania lakukan di rumah. Detail
kegiatan harian dan kegiatan tambahan. Menekankan pada proses belajar
atau hasil. Ekstrakurikuler bisa jadi pertimbangan juga.
~ Simulasi jarak dari rumah ke sekolah
Penting
supaya 'supir'nya inih bisa memperkirakan jarak tempuh, xixi. Dan
supaya gak bosen karena kelamaan di jalan.
~ Mendengarkan testimoni beberapa orang tua murid
Soal
gimana mereka juga diajak untuk sama-sama mendidik anak di rumah,
perubahan perilaku dan pola pikir anak setelah sekolah disitu. Kecapekan
banget atau nggak. Banyak PR apa nggak, xixixi. Tentang guru-gurunya,
fasilitas dan maybe 'update-update' terbaru, if you know what i mean,
hehe.
~ Cek fisik bangunan
Survey
pertama kemarin, saya belum sampai mengecek kamar mandi dan fasilitas
penunjang lain. Baru sekedar liat tempat bermain dan ruang kelasnya. Next, bakal lebih detail. Ohya, saya gak masalah sama sarana bermain yang terbuat dari besi atau kayu, memang ini ngaruh ke safety
ya. Tapi buat saya ada yang lebih penting dari itu. Jadi gak prinsipal
cari sekolah yang materialnya terbuat dari kayu. Tapi saya harus tau
penanganan yang sekolah lakukan saat ada anak yang cedera. Kemanan yang
juga penting adalah soal akses gerbang sekolah, cara sekolah menangani
penjemput anak dan makanan yang ada di sekitar.
~ Lihat outputnya
Ini
bisa jadi subjektif sih ya. Cuma gak ada salahnya juga kan lihat kualitas
para alumni. Duile, bahasa mamak nih 'universitas' banget gak sih? :'D
~ Istrikharoh
Saat
dihadapkan pada pilihan apapun, ini SOP yang harus kita lakukan. Semoga Allah mantapkan hati untuk memilih sekolah yang juga semakin
mendekatkan kami sekeluarga pada Allah, aamiin.
Buibu yang anaknya udah sekolah, cerita dong... ceritain apa aja boleeee untuk insight
mamak muda yang baru akan menyekolahkan anak pertamanya ini, hehehe.
Rekomendasiin sekolah di Bandar Lampung juga boleh banget. Ngobrol di
kolom komentar yahh.