Banyak Berpikir, Bukan Kebanyakan Mikir
Dwi Septiani
July 24, 2018
1 Comments
Kalau ada salah satu nasehat yang paling saya ingat sepanjang hidup saya, itu adalah nasehat dari Ustad Ahmad Jajuli. Bukaan. Saya bukan pendukung salah satu parpol. Tapi beliau ini kebetulan memang berasal dari parpol tertentu dan kemarin nyalon jadi wakil gubernur, lalu gak (belum Allah izinkan untuk) menang.
Suatu sore di Gedung E306 Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. Saat itu kami mengadakan rapat pengurus jelang sebuah kepanitiaan akbar. Gak disangka, undangan yang awalnya hanya untung-untungan itu, benar-benar dihadiri oleh Ustad Ahmad Jajuli. Saya pontang-panting sms semua pengurus, "Dateng rapat ya. Ustad Jajuli nya hadir beneran nih di E306." Kira-kira begitu. Terus yang dateng cuma segelintir orang, wahaha, ironi organisasi jaman kuliah.
Kukira karena yang dateng cuma berapa bijik, ustad bakal marah. Ternyata nggak. (Ya kalik doi ustad, kalo gue mah iya udah pasti baper, wkwk). Beliau sampaikan tausiyah panjang lebar penuh makna. Dan diantara semua yang panjang itu, yang saya ingat adalah kalimat dalam judul postingan ini. "Selama ini coba kita renungkan, kita lebih banyak menggunakan otak untuk berpikir atau sekedar kebanyakan mikir?" WOW, kalok aing sih kebanyakan mikir yes. Pfft.
Dulu suka mikir nanti jodohku itu siapa ya, orangnya kayak apa, terus aku nikah umur berapa. Sekarang setelah melewati masa-masa itu, ternyata semuanya gak sesulit yang dibayangkan. Hidup tuh apa sih yang sulit kalo kita melibatkan Allah di dalamnya.
Disclaimer:
Sesungguhnya postingan ini adalah postingan pemanasan karena udah lama banget gak nulis. Keenakan libur lebaran. Gak bawa laptop dan terlalu enggan ngetik di layar hape. Jadi monmaap kalau nirfaedah ya sudah kamu stop baca sampai sini yaa~
Ada banyak hal lagi yang ternyata membuat kita jadi lebih kebanyakan mikir, terutama setelah jadi ibu. Aku tuh bisa gak jadi ibu yang bener. Apa aja yang udah kuajarin sama anak-anakku. Udah bener belum ngajarin mereka. Udah ngenalin Allah belum ke anak. Akunya belum deket sama Allah trus anak aku nanti 'ancur' nggak ya. Semoga mereka lebih baik, etapi orang tua kan harus mengawali dengan jadi baik terlebih dahulu. Kalo udah besar nanti, mereka gimana ya. Terus hidupku akan jadi gimana. Apakah masih sama, atau dengan kesibukan yang berbeda. Memulai kesibukan yang berbeda itu mengawalinya dari mana. Apa aku masih bisa buat orang tuaku merasa gak sia-sia nyekolahin aku. Jadi anak baik aja mungkin gak cukup. Oh ya, aku pun gak sanggup deh kalo nggak ada Mas. He is the light of my life. Allah kasih sampai kapan ya kebersamaan kami ini. Semoga aku aja yang 'duluan', bukan aku yang 'ditinggalin'.
OKE FINE.
Bagi saya, mikir sesuatu itu penting. Tapi jangan sampek jadi mikir doang dan gak action apa-apa. Itu yang dimaksud Ustad Jajuli dengan harus banyak berpikir, bukan kebanyakan mikir. Mikir tentang anak, just do your best, lakukan ikhtiar terbaique versi diri sendiri, lalu titipkan semuanya sama Allah. Mikir masa depan, ketemulah dengan banyak orang di banyak tempat. Karena sungguh itu bener-bener ngebuka wawasan. Seperti ayat "Bacalah", itu mencakup seluruhnya banget. Bertemu banyak hal membuat kita jadi lebih bijak. Dan semua itu, kalau kita ambil hikmahnya, bakal semakin mendekatkan diri kita sama Allah. Lalu apalah artinya soal kehilangan. Dunia ini memang persinggahan sementara kok. Untuk berkumpul lagi kelak di syurganya Allah. "Adek mau nggak nemenin Mas di surga?" Ucapnya suatu ketika saat saya rasanya hopeless banget jadi istri sholehah dambaan umat, 'susah' diatur dah. "Yang paling berhak mendapatkan versi terbaik dari diri Adek itu Mas. Bukan orang lain. Bukan sosmed. Bukan instagram, bukan facebook Adek."
Ada alasan di balik kejadian yang Allah izinkan lewat di kehidupan kita. Keluarga yang Allah kirimkan. Anak dan titipan lain yang Allah berikan. Juga pertemuan dengan seseorang yang kemudian berkomitmen sepanjang hidupnya, berusaha keras mewujudkan sakinah, mawaddah, wa rahmah.
So, verily with every difficulty, there is relief. (Qur'an 94:5)
Fa inna ma'al usri yusro. Inna ma'al usri yusro.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
You have to thanked Allah, karena kamu gak perlu mikir besok bakal kena tembak musuh apa nggak. Rumahmu kena bom atau nggak. Gak perlu mikir mau tinggal dimana makan apa. Dan bersyukurlah karena dikelilingi keluarga dan orang-orang baik. Itu rejeki luar biasa yang Allah kasih.
Sekian. Semoga postingan selanjutnya bukan sekedar tjurhat dan lebih berfaedah ya gengs~